Copyright © artikel sederhana
Design by Dzignine
Jumat, 30 November 2012

Perokok Zaman Sekarang Lebih Kecanduan dan Sulit Berhenti

     Berhenti dari kecanduan rokok memang sulit dilakukan oleh perokok. Tapi studi baru menunjukkan perokok saat ini mungkin lebih addicted terhadap rokok sehingga lebih sulit untuk berhenti. Studi menemukan perokok saat ini mungkin lebih banyak dipengaruhi oleh kecenderungan genetik dari generasi masa lalu, sehingga membuatnya lebih kecanduan dan sulit lagi untuk berhenti.
     "Di masa lalu orang merokok untuk berbagai alasan, tapi saat ini perokok cenderung menjadikan rokok sebagai sesuatu yang penting dalam hidupnya sehingga lebih sulit untuk berhenti," ujar profesor sosiologi Fred Pampel dari University of Colorado. Untuk mengukur sejauh mana faktor genetik bisa mempengaruhi kemampuan perokok untuk berhenti, Pampel dan rekan mempelajari pola konsumsi tembakau dalam rokok pada pasangan kembar.
     Studi yang hasilnya dipublikasikan dalam jurnal Demography ini melibatkan 596 pasangan kembar yang mana 363 kembar identik dan 233 kembar fraternal. Peneliti menggunakan kuesioner kesehatan dan perilaku merokok antara tahun 1960-1980. Peneliti menemukan diantara pasangan kembar identik sekitar 65 persen dari kedua orang kembar ini akan berhenti dalam waktu 2 tahun jika salah satu kembar berhenti merokok, tapi pada kembar fraternal jumlahnya lebih kecil.


     Hasil temuan ini menunjukkan bahwa faktor genetik memainkan peran dalam mempengaruhi keberhasilan berhenti merokok. Hal ini karena pada kembar identik DNA nya sama sedangkan pada fraternal tidak.
"Saat ini orang merokok bukan karena alasan sosial, tapi pada kenyataannya cenderung merokok karena ketergantungan mereka terhadap nikotin sehingga lebih sulit untuk berhenti," ujar Pampel.

Karbohidrat Rahasia Juara Para Jagoan Sepakbola

      Para jagoan sepakbola seperti Christiano Ronaldo seperti tidak pernah kehabisan energi dan selalu bisa fokus saat sedang berlaga. Rahasianya adalah mengelola asupan karbohidrat yang tepat, sebab bagaimanapun kebutuhan energi saat bertanding sangat tinggi.

     Karbohidrat merupakan gula kompleks yang akan dipecah menjadi glikogen, lalu dimetabolisme di otot sebagai sumber energi. Bagi pemain sepakbola maupun atlet cabang olahraga lainnya, kebutuhan karbohidrat memang tinggi karena energi yang dikeluarkannya sangat besar.
     Dalam sehari, seorang pemain sepakbola membutuhkan rata-rata 2.400-3.000 kalori dari makanan yang dikonsumsi sementara manusia pada umumnya hanya butuh 1.200 kalori setiap hari. Kebutuhan kalori sebanyak itu dipenuhi dari banyak sumber, namun yang utama tetap karbohidrat. Pemain sepakbola yang asupan karbohidratnya kurang biasanya akan mulai terlihat di babak kedua. Kadar glikogen yang rendah membuat tenaga dan kecepatan lari turun rata-rata 5 persen, jarak tempuh saat berlari turun 25 persen dan sepintas akan tampak lebih banyak berjalan daripada berlari.
     Agar cadangan energi tidak cepat habis, beberapa jam sebelum bertanding para pemain sepakbola membutuhkan asupan makanan sekitar 600 kalori yang bisa dipenuhi dengan 4 potong roti gandum dan 3 buah pisang. Selain itu, aktivitas fisik yang terlalu melelahkan juga harus dibatasi dulu. Selain karbohidrat, kadar cairan juga harus dijaga karena sepanjang laga para pemain bisa kehilangan cairan hingga 1,9 liter baik lewat keringat maupun penguapan di permukaan kulit. Jika tidak diganti, kemampuan fisik bisa turun 4-5 persen sementara suhu tubuh dan denyut jantung akan meningkat.


    Jenis minumannya tidak harus minuman elektrolit, karena sebenarnya kadar elektrolit keluar bersama keringat tidak terlalu tinggi. Minuman berenergi yang mengandung Natrium punya kahasiat tersendiri karena bisa meningkatkan kemampuan tubuh mengikat oksigen.

Model pembelajaran TAI (Inggris Version)


         Cooperative learning is a study model that give top priority existence groups. every existing student in has ability level that varies (high , medium , and low) and if make possible group member come from race, culture, tribe different with pay attention equivalence jender. Cooperative study model gives cooperation in finish troubleshoot to apply erudition and know how in order to achieve study aim ( Nur,2000).

Baca Selengkapnya disini
Rabu, 28 November 2012

Macam - Macam Teori Belajar

&
Teori belajar merupakan proses dimana dalam proses belajar menghasilkan pengajaran yang baik, manjemen yang baik dengan menggunakan teori belajar yang disukai. Baiklah dibawah ini ada beberapa teori belajar. Menurut Para ahli
 
BEBERAPA TEORI-TEORI BELAJAR:
  1. Teori belajar Skinner “Operant Conditioning”
  2. Teori Belajar Conditining of Learning, Robert M. Gagne
  3. Teori Belajar Perkekmembangan Kognitif Jean Piaget
  4. Teori Belajar Sosial Albert Bandura
  5. Teori Belajar Orang Dewasa
  6. Teori Pembelajaran Orang Dewasa 
  7. Teori stimulus-respon
  8. Teori medan
  9. Teori asosiasi atau behaviorisme
  10. Teori organismik, gestalt dan teori medan
a) Teori Operant Conditioning
Teori operant conditioning dimulai pada tahun 1930-an. Burhus Fredik Skinner selama periode teori stimulus (S)- Respons ( R) untuk menyempurnakan teorinya Ivan Pavlo yang disebut “Classical Conditioning”. Skinner setuju dengan konsepnya John Watson bahwa psikologi akan diterima sebagai sain (science) bila studi tingkah laku (behavior) tersebut dapat diukur, seperti ilmu fisika, teknik, dan sebagainya.

Menurut Skinner , belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang harus dapat diukur. Bila pembelajar (peserta didik) berhasil belajar, maka respon bertambah, tetapi bila tidak belajar banyaknya respon berkurang, sehingga secara formal hasil belajar harus bisa diamati dan diukur. Hasil temuan skinner terdapat tiga komponen dalam belajar yaitu: Discriminative stimulus (SD) Response Reinforcement (penguatan) - penguatan positif- penguatan negative


b) Teori Conditioning Of Learning, Robert M. Gagne
Teori ini ditemukan 41d7 oleh Gagne yang didasarkan atas hasil riset tentang faktor-faktor yang kompleks pada proses belajar manusia. Penelitiannya diamksudkan untuk menemukan teori pembelajaran yang efektif. Analisanya dimulai dari identifikasi konsep hirarki belajar, yaitu urut-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh pembelajar (peserta didik) agar dapat mempelajari hal-hal yang lebih sulit atau lebih kompleks. Menurut Gagne belajar memberi kontribusi terhadap adaptasi yang diperlukan untuk mengembangkan proses yang logis, sehingga perkembangan tingkah laku (behavior) adalah hasil dari efek belajar yang komulatif (gagne, 1968). Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa belajar itu bukan proses tunggal. Belajar menurut Gagne tidak dapat didefinisikan dengan mudah, karena belajar bersifat kompleks. Gagne (1972) mendefinisikan belajar adalah : mekanisme dimana seseorang menjadi anggota masyarakat yang berfungsi secara kompleks. Kompetensi itu meliputi, skill, pengetahuan, attitude (perilaku), dan nilai-nilai yang diperlukan oleh manusia, sehingga belajar adalah hasil dalam berbagai macam tingkah laku yang selanjutnya disebut kapasitas atau outcome. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh pembelajar (peserta didik) dari :
  1. Stimulus dan lingkungan
  2. Proses kognitif
Menurut Gagne belajar dapat dikategorikan sebagai berikut :
  1. Verbal information (informasi verbal)
  2. Intellectual Skill (skil Intelektual)
  3. Attitude (perilaku)
Cognitive strategi (strategi kognitif)Belajar informasi verbal merupakan kemampuan yang dinyatakan , seperti membuat label, menyusun fakta-fakta, dan menjelaskan. Kemampuan / unjuk kerja dari hasil belajar, seperti membuat pernyataan, penyusunan frase, atau melaporkan informasi. Kemampuan skil intelektual adalah kemampuan pembelajar yang dapat menunjukkan kompetensinya sebagai anggota masyarakat seperti; menganalisa berita-berita. Membuat keseimbangan keuangan, menggunakan bahasa untuk mengungkapkan konsep, menggunakan rumus-rumus matematika. Dengan kata lain ia tahu “ Knowing how” Attitude (perilaku) merupakan kemampuan yang mempengaruhi pilihan pembelajar (peserta didik) untuk melakukan suatu tindakan. Belajar mealui model ini diperoleh melalui pemodelan atau orang yang ditokohkan, atau orang yang diidolakan. Strategi kognitif adalah kemampuan yang mengontrol manajemen belajar si pembelajar mengingat dan berpikir. Cara yang terbaik untuk mengembangkan kemampuan tersebut adalah dengan melatih pembelajar memecahkan masalah, penelitian dan menerapkan teori-teori untuk memecahkan masalah ril dilapangan. Melalui pendidikan formal diharapkan pembelajar menjadi “self learner” dan “independent tinker”.

c) Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget (Cognitive Development Theory)
Menurut Piaget pengetahuan (knowledge) adalah interksi yangterus menerus antara individu dengan lingkungan. Fokus perkembangan kognitif Piaget adalah perkembangan secara alami fikiran pembelajar mulai anak-anak sampai dewasa. Konsepsi perkembangan kognitif Piaget, duturunkan dari analisa perkembangan biologi organisme tertentu. Menurut Piaget, intelegen (IQ=kecerdasan) adalah seperti system kehidupan lainnya, yaitu proses adaptasi. Menurut Piaget ada tiga perbedaan cara berfikir yang merupakan prasyarat perkekmbangan operasi formal, yaitu; gerakan bayi, semilogika, praoprasional pikiran anak-anak, dan operasi nyata anak-anak dewas.
Ada empat faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif yaitu :
  1. lingkungan fisik
  2. kematangan
  3. pengaruh social
  4. proses pengendalian diri (equilibration) (Piaget, 1977)
Tahap perkembangan kognitif :
  1. Periode Sensori motor (sejak lahir – 1,5 – 2 tahun)
  2. Periode Pra Operasional (2-3 tahun sampai 7-8 tahun)
  3. Periode operasi yang nyata (7-8 tahun sampai 12-14 tahun)
  4. Periode operasi formal
Kunci dari keberhasilan pembelajaran adalah instruktur/guru/dosen/guru harus memfasilitasi agar pembelajar dapat mengembangkan berpikir logis.

d) Teori Berpikir Sosial (social Learning Theory)
Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura seorang psikolog pendidikan dari Stanford University, USA. Teori belajar ini dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana orang belajar dalam seting yang alami/lingkungan sebenarnya. Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Harapan dan nilai mempengaruhi tingkah laku. Tingkah laku sering dievaluasi, bebas dari umpan balik lingkungan sehingga mengubah kesan-kesan personal Tingkah laku mengaktifkan kontingensi lingkungan Karakteristik fisik seperti ukuran, ukuran jenis kelamin dan atribut sosial menumbuhkan reaksi lingkungan yang berbeda. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu. Kontingensi yang aktif dapat merubah intensitas atau arah aktivitas. Tingkah laku dihadirkan oleh model Model diperhatikan oleh pelajar (ada penguatan oleh model) Tingkah laku (kemampuan dikode dan disimpan oleh pembelajar). Pemrosesan kode-kode simbolik Skema hubungan segitiga antara lingkungan, faktor-faktor personal dan tingkah laku.
Skema
-Proses Kognitif Pembelajar
-Pembelajar mampu menunjukkan kompetensi/tingkah laku
-Performance/unjuk kerja
-Motivasi pembelajar mengolah tingkah laku

Proses perhatian sangat penting dalam pembelajaran karena tingkah laku yang baru (kompetensi) tidak akan diperoleh tanpa adanya perhatian pembelajar. Proses retensi sangat penting agar pengkodean simbolik tingkah laku ke dalam visual atau kode verbal dan penyimpanan dalam memori dapat berjalan dengan baik. Dalam hal ini rehearsal (ulangan ) memegang peranan penting.
 
Proses motivasi yang penting adalah penguatan dari luar, penguatan dari dirinya sendiri dan Vicarius Reinforcement (penguatan karena imajinasi).

Lebih lanjut menurut Bandura (1982) penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”. Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa ia dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang berlaku.

Self regulatory adalah menunjuk kepada 1) struktur kognitif yang memberi referensi tingkah laku dan hasil belajar, 2) sub proses kognitif yang merasakan, mengevaluasi, dan pengatur tingkah laku kita (Bandura, 1978). Dalam pembelajaran sel-regulatory akan menentukan “goal setting” dan “self evaluation” pembelajar dan merupakan dorongan untuk meraih prestasi belajar yang tinggi dan sebaliknya.

Menurut Bandura agar pembelajar sukses instruktur/guru/dosen/guru harus dapat menghadirkan model yang mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar, mengembangkan “self of mastery”, self efficacy, dan reinforcement bagi pembelajar.

Berikut Bandura mengajukan usulan untuk mengembangkan strategi proses pembelajaran yaitu sebagi berikut :

1. Analisis tingkah laku yang akan dijadikan model yang terdiri :
  • Apakah karekter dari tingkah laku yang akan dijadikan model itu berupa konsep, motor skil atau efektif?
  • Bagaimanakah urutan atau sekuen dari tingkah laku tersebut?
  • Dimanakah letak hal-hal yang penting (key point) dalam sekuen tersebut.
2. Tetapkan fungsi nilai dari tingkah laku dan pilihlah tingkah laku tersebut sebagai model.
  • Apakah tingkah laku (kemampuan yang dipelajari) merupakan hal yang penting dalam kehidupan dimasa datang? (success prediction)
  • Bila tingkah laku yang dipelajari kurang memberi manfaat (tidk begitu penting) model manakah yang lebih penting?
  • Apakah model harus hidup atau simbol? Pertimbangan soal biaya, pengulangan demonstrasi dan kesempatan untuk menunjukkan fungsi nilai dan tingkah laku.
  • Apakah reinforcement yang akan didapat melalui model yang dipilih?
3. Pengembangan sekuen instruksional
  • Untuk mengajar motor skill, bagaimana caramengerjakan pekerjaan/kemampuan yang dipelajari :how to do this” dan bukannya “not this”. Langkah-langkah manakah menurut sekuen yang harus dipresentasikan secara perlahan-lahan

4. Implementasi pengajaran untuk menunut proses kognitif dan motor reproduksi.
a. motor skill
  • hadirkan model
  • beri kesempatan kepada tiap-tiap pembelajar untuk latihan secara simbolik
  • beri kesempatan kepada pembelajar untuk latihan dengan umpan balik visual
b. proses kognitif
  • Tampilkan model, baik yang didukung oleh kode-kode verbal atau petunjuk untuk mencari konsistensi pada berbagai contoh
  • Beri kesempatan kepada pembelajar untuk membuat ihtisar atau summary
  • Jika yang dipelajari adalah pemecahan masalah atau strategi penerapan beri kesempatan pembelajar untuk berpartisipasi secaraaktif
  • Beri kesempatan pembelajar untuk membuat generalisasi ke berbagai siatuasi.

e) Teori Belajar Orang dewasa
Gagne membagi teori belajar dalam 3 famili :
  • conditioning
  • modeling
  • kognitif
Kingsley dan Garry membagi teori belajar dalam 2 bagian yaitu ;
  • teori stimulus-respon
  • teori medan
Taba membagi teori belajar menjadi 2 famili :
  • teori asosiasi atau behaviorisme
  • teori organismik, gestalt dan teori medan
Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.

Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey. Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
  1. Pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
  2. Orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
  3. Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
  4. Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
  5. Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.

Matematika Sebagai Penyegar

Dalam bukunya tahun 1989, The Emperor’s New Mind, Roger Penrose berkomentar tentang keterbatasan pengetahuan manusia dengan contoh: Ia berkonjektur kalau kita tidak akan mungkin tahu apakah string 10 angka tujuh berurutan akan muncul dalam ekspansi angka bilangan pi.

 Hanya delapan tahun kemudian, Yasumasa Kanada menggunakan komputer menemukan string tersebut, dimulai dari angka ke  22869046249 pi. Penrose jelas tidak sendiri dalam ketidakmampuannya melihat kekuatan besar yang dapat dibawa komputer. Banyak fenomena matematika yang di masa lalu terlihat tak terpecahkan dan tidak dapat diketahui, sekarang dapat diketahui, dengan presisi yang tinggi.
Dalam artikelnya,  “Exploratory Experimentation and Computation,” yang tampil bulan November 2011 di  Notices of the American Mathematical Society, David H. Bailey dan Jonathan M. Borwein menjelaskan bagaimana teknologi komputer modern telah memperluas kemampuan kita mengetahui hasil matematika baru. “Dengan menghitung ekspresi matematika pada presisi sangat tinggi, komputer dapat menemukan hubungan dan rumus yang sepenuhnya tak terduga,” kata Bailey.
Matematika, Ilmu tentang Pola
Mispersepsi umum adalah pekerjaan seorang matematikawan sepenuhnya adalah menghitung. Jika itu benar, komputer semestinya sudah menggantikan matematikawan sejak lama. Apa yang sesungguhnya dilkaukan matematikawan adalah menemukan dan menyelidiki pola – pola yang muncul dalam bilangan, dalam bentuk abstrak, dalam transformasi antara objek matematis berbeda, dan sebaginya. Mempelajari pola demikian membutuhkan alat yang tajam dan memuaskan, dan, hingga sekarang, komputer masih merupakan alat yang terlalu tumpul, atau tidak cukup kuat, untuk berguna banyak dalam matematika. Namun di saat yang sama, bidang matematika tumbuh dan menjadi semakin dalam sehingga sekarang beberapa pertanyaan yang muncul tampak membutuhkan kemampuan tambahan di luar otak manusia.
“Ada consensus yang mulai diterima kalau pikiran manusia pada dasarnya tidak bagus dalam matematika dan harus dilatih,” kata Bailey. “Dengan fakta ini, komputer dapat dilihat sebagai pelengkap manusia – kita dapat berintuisi namun tidak pandai menghitung atau memanipulasi; komputer tidak pandai berintuisi namun bagus  dalam menghitung dan memanipulasi.”
 Walaupun matematika disebut sebagai “ilmu deduktif”, matematikawan selalu memakai eksplorasi, apakah lewat perhitungan atau gambar, untuk menguji gagasan dan memperoleh intuisi, dengan cara yang kurang lebih sama dengan ilmu induktif melakukan eksperimen. Sekarang, aspek induktif matematika ini tumbuh lewat pemakaian komputer, yang telah meningkatkan jumlah dan tipe eksplorasi yang dapat dilakukan. Komputer tentunya digunakan untuk meringankan beban menghitung, namun ia juga dipakai untuk memvisualisasi objek matematika, menemukan hubungan baru antar objek tersebut, dan menguji (dan khususnya memfalsifikasi) konjektur. Seorang matematikawan juga memakai komputer untuk mengeksplorasi hasil untuk melihat apakah ia pantas untuk mencoba melakukan pembuktian. Jika demikian, maka kadangkala komputer dapat memberi petunjuk tentang bagaimana bukti dapat diteruskan. Bailey dan Borwien memakai istilah “matematika eksperimental” untuk menjelaskan jenis pemakaian komputer ini dalam matematika.
Mengeksplorasi Bilangan Prima dengan Komputer
Artikel mereka memberi beberapa contoh matematika eksperimental: perhitungan angka pi yang disebut di atas adalah salah satunya. Contoh lain disediakan oleh eksplorasi komputer pada masalah matematika yang disebut konjektur Giuga. Konjektur ini mengajukan kalau, untuk setiap bilangan bulat positif n, kita dapat menguji secara pasti apakah n bilangan prima atau bukan dengan menghitung jumlah pasti dimana n muncul dalam eksponen penjumlahan. Jumlah tersebut harus memiliki nilai tertentu, sebut saja S, jika dan hanya jika n adalah bilangan prima; dikatakan secara berbeda, jumlah tersebut tidak akan memiliki nilai S jika dan hanya jika n bilangan komposit. Walaupun konjektur ini dibuat tahun 1950, ia belum dapat terbukti hingga sekarang dan terlihat diluar jangkauan metode matematika konvensional.
 Walau begitu, Bailey dan Borwein, bersama dengan kolaboratornya, mampu memakai komputer untuk menunjukkan kalau setiap bilangan yang merupakan pengecualian dari konjektur Giuga harus memiliki lebih dari 3,678 faktor prima dan lebih dari 17,168 angka desimal panjangnya. Yaitu, setiap bilangan komposit yang lebih pendek tidak dapat memberikan nilai S. Ini tidak membuktikan kalau konjektur Giuga benar, namun adalah bukti yang meyakinkan dalam mendukung kebenaran konjektur tersebut. Jenis bukti empiris ini kadang yang dibutuhkan untuk memberikan keyakinan yang cukup bagi matematikawan untuk mendedikasikan energinya mencari bukti penuh. Tanpa keyakinan tersebut, inspirasi untuk mencari bukti mungkin tidak ada.
Dampak pada Pendidikan
Selain membahas pemanfaatan komputer dalam matematika, artikel ini juga menyentuh kebutuhan untuk menyusun ulang pendidikan matematika untuk memberi pelajar alat matematika eksperimental. “Pelajar masa kini hidup, seperti kita, di dalam dunia kaya informasi tapi miskin penilaian dimana ledakan informasi, dan alat, tidak akan hilang,” kata Borwein. “Jadi kita harus mengajarkan penilaian (bukan hanya masalah plagiarism( ketika memakai apa yang telah tersedia secara digital. Selain itu, tampak bagi saya penting kalau kita merancang desain software – dan gaya mengajar kita secara umum – dengan pemahaman kita yang semakin besar mengenai kekuatan dan keterbatasan kognitif kita sebagai spesies.”

Sumber berita:

Semangat untuk Belajar dan Terus Berdoa

Semangat untuk Belajar dan Terus Berdoa